Minggu, 29 Januari 2012

1800-1820 (Daendels, Perang Inggris-Belanda, Raffles)

  • 1800
    • VOC resmi dibubarkan pada 1 Januari; hak miliknya dialihkan kepada pemerintah Belanda.
    • Belanda kalah perang dan dikuasai Perancis. Wilayah-wilayah yang dimiliki Belanda menjadi milik Perancis.
    • Sultan dari Kraton Kanoman di Cirebon dibuang ke Ambon oleh pemerintah Belanda.
    • Sebuah pemberontakan kecil-kecilan pecah di bawah pimpinan Bagus Rangin.
  • 1802
  • 1803
    • Pemerintah Belanda (Republik Batavia) mengeluarkan keputusan kolonial yang menjadikan pemerintah Hindia Belanda bertanggung jawab kepada pemerintah Belanda (berbeda dengan VOC).
    • Tiga orang haji dari Minangkabau kembali setelah perjalanan naik haji ke Mekkah, dan bertemu dengan penganjur-penganjur gerakan Wahabi yang mulai menguat di Arabia dan menguasai Mekkah. Ketiga peziarah ini disebut "Padri" sesuai dengan pelabuhan Pedir (atau Pidie) di Aceh, tempat keberangkatan orang-orang yang naik haji. Gerakan Padri mulai berkembang di daerah Minangkabau, mengembangkan ajaran Islam yang lebih ortodoks yang melawan praktik-praktik tradisional setempat.
    • Britania menyerahkan Ambon kepada Belanda.
    • Mahmud Badaruddin II menjadi Sultan Palembang-Darussalam menggantikan ayahnya Sultan Muhamad Bahauddin.
  • 1806
    • Angkatan Laut Britania bertempur dengan tentara-tentara Prancis dan Belanda di lepas pantai Jawa.
    • Britania merebut Bangka.
    • Departemen Urusan Koloni didirikan di Belanda.
    • "Republik Batavia" di Belanda, di bawah kekuasaan Prancis, diubah menjadi "Kerajaan Belanda", dengan Louis, saudara laki-laki Napoleon, sebagai rajanya.
  • 1807
    • Tondano memimpin pemberontakan melawan Britania di Minahasa.
    • Britania kembali menguasai Malaka.
    • Pemerintahan Belanda yang dikuasai Perancis menunjuk Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
  • 1808
    • 1 Januari Daendels tiba. Ia memindahkan tempat kediaman resminya ke Buitenzorg (kini dinamai Bogor). Daendels memerintah dengan menjalankan prinsip-prinsip pembaharuan dengan metode-metode kediktatoran ke Jawa. Daendels berusaha memberantas ketidakefisienan, korupsi, penyelewengan-penyelewengan dalam administrasi Eropa. Akibat rasa tidak suka dari naluri-naluri anti feodal, Daendels menganggap penguasa Jawa sebagai pegawai administrasi Eropa. Sehingga dimulailah suatu masa konflik yang sangat panjang.
    • Daendels secara resmi menguasai Lampung untuk Belanda.
    • Pakubuwono IV mengadakan hubungan damai dengan Daendels; Hamengkubuwono II menentangnya.
    • Mangkunegara II membentuk "Legiun Mangkunegaran" dengan pendanaan Belanda.
    • Daendels membebaskan Sultan Cirebon yang dibuang sebelumnya, namun pemberontakan di daerah pedesaan sekitar Cirebon berlanjut.
    • 18 Agustus Daendels menata kembali wilayah-wilayah di bawah kekuasaan Belanda di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Para bupati dan penguasa setempat dijadikan pegawai pemerintah Belanda.
    • Daendels memerintahkan serangkaian pekerjaan umum di sekitar Banten, termasuk pembangunan jalan-jalan raya dan sebuah pelabuhan baru, yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja setempat. Para pekerja itu memberontak karena beban pekerjaannya; Residen Belanda di Banten dibunuh. Daendels mengirimkan suatu pasukan militer untuk memadamkan pemberontakan dan menggantikan Sultan, yang dibuang ke Ambon.
    • Britania memutuskan untuk melepaskan Malaka; Stamford Raffles, yang saat itu seorang pegawai kecil, menulis surat yang penting kepada India yang isinya mendesak agar keputusan itu diubah. Keputusan diubah, dan Britania tetap tinggal di Malaka.
    • Sulaiman Saidullah menjadi Sultan Banjar.
  • 1809
    • Daendels membangun jalan pegunungan dari Batavia ke Cirebon (Jalan Raya Pos/Groote Postweg), memerintahkan pemindahkan kota Bandung ke jalan tersebut (tempatnya sekarang). Pangeran Kornel, pemerintah setempat di Sumedang, menolak bekerja sama karena perlakuan yang buruk terhadap rakyat setempat.
    • Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin demi mengonsolidasikan kekuasaannya di Jawa.
  • 1810
    • Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin.
    • Bulan Mei, Britania menyerang dan merebut kembali Ambon, Ternate and Tidore.
    • Raden Rangga, ipar Sultan, memulai pemberontakan yang gagal melawan Belanda di Yogyakarta; Daendels bersama ribuan tentara berangkat ke Yogyakarta, memaksa Hamengkubuwono II mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya kepada Hamengkubuwono III.
    • Napoleon menganeksasi Belanda untuk Perancis. Daendels mengibarkan bendera Perancis di Batavia.
    • Raffles mengunjungi Lord Minto, Gubernur Jenderal Britania di India, di Kolkata (Kalkuta), mendesaknya agar mengusir Perancis dan Belanda dari Jawa. Minto setuju.
  • 1811
    • Januari, Daendels memaksakan perjanjian-perjanjian baru terhadap Yogyakarta dan Surakarta, isinya mencakup penghentian pembayaran uang sewa Belanda kepada kedua Sultan untuk wilayah-wilayah pantai utara.
    • Hamengkubuwono III menyerahkan Pangeran Natakusuma kepada Belanda, karena dicurigai terlibat dalam pemberontakan 1810.
    • Mei, Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. (Tak lama kemudian Daendels bekerja di bawah Napoleon dalam peperangannya yang gagal di Moskwa.)
    • 3 Agustus pasukan-pasukan Britania dengan puluhan kapal berlabuh di Jawa.
    • Para pangeran setempat di Banten, yang masih dilanda pemberontakan karena beban pekerjaan-pekerjaan umum yang diperintahkan Daendels, menangkap dan memenjarakan Sultan Banten dan bekerja sama dengan Britania.
    • 26 Agustus Perang Jawa Britania-Belanda dimulai. Britania di bawah Lord Minto merebut Batavia. Belanda, yang menderita kekalahan yang hebat, mengundurkan diri ke Semarang. Jansen mundur ke daerah Semarang.
    • 18 September Pemerintahan Belanda dibawah Jansen menyerah kepada Britania di Salatiga.
    • Thomas Stamford Raffles sebagai wakil kerajaan Britania, diangkat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Jawa. Dia berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap kesejahteraan penduduk asli sebagai tanggung jawab pemerintah. Selain itu tindakan kebijaksanaan Raffles yang terkenal di Indonesia adalah memasukkan sistem landrente (pajak tanah) yang selanjutnya meletakkan dasar begi perkembangan perekonomian, Raffles juga mengenalkan sistem uang dan penekanan desa sebagai pusat administrasi.
    • Bagus Rangin ditangkap oleh Britania; pemberontakan di sekitar Cirebon mereda.
    • Penduduk Belanda di Palembang dan sekitarnya dibunuh, diduga karena perintah Sultan Mahmud Badaruddin II; Britania memerintahkan Badruddin digulingkan dan digantikan oleh saudara lelakinya, Husin Diauddin.
    • Hamengkubuwono II merebut kembali gelarnya di Yogyakarta.
    • Desember Raffles mengunjungi Kraton Yogyakarta sehingga membangkitkan sikap bermusuhan.
    • Pakubuwono IV mengirimkan surat-surat rahasia ke Yogyakarta yang menawarkan bantuan kepada Britania, namun juga mengharapkan Yogyakarta akan dapat memperluas daerahnya; Britania mulai melakukan perundingan rahasia dengan Hamengkubuwono III; Natakusuma menawarkan bantuan kepada Britania.
  • 1812
    • 12 Januari Raffles mengeluarkan pengumuman untuk menata ulang dan memodernisasikan sistem pengadilan.
    • Juni, Britania dibantu prajurit Legiun Mangkunegara menembaki Yogyakarta dengan meriam, merebut, dan merampok kota itu. Pakubuwono IV dari Surakarta tidak banyak membantu. Hamengkubuwono II disingkirkan oleh Britania, dibuang ke Padang, dan digantikan kembali oleh Hamengkubuwono III.
    • Natakusuma menjadi Pangeran Pakualam I, mendirikan Dinasti Pakualam.
    • Oktober Britania menandatangani perjanjian dengan Sultan Banjar.
    • Britania merebut Timor.
    • Britania menguasai Palembang, Britania mengangkat pangeran Adipati menjadi sultan dengan gelar Ahmad Najamuddin II atau Husin Diauddin
    • Britania menguasai Belitung sebagai ganti rugi untuk "pembantaian" di Palembang pada tahun sebelumnya.
  • 1813
    • Britania berdamai dengan Palembang, Mahmud Badaruddin II naik tahta kembali menjadi Sultan Palembang
    • Raffles menghapuskan Kesultanan Banten; Sultan akan diberikan uang pensiun oleh pemerintah Britania.
    • November, Pemberontakan di Belanda melawan Napoleon.
  • 1814
    • Juni Lord Minto, Gubernur Britania di India dan pelindung serta promotor Raffles meninggal dunia. Raffles dituduh korupsi, namun kemudian terbukti tidak bersalah.
    • 21 Juni Perjanjian antara bangsa-bangsa yang berperang melawan Napoleon untuk mendirikan sebuah "Kerajaan Belanda" yang baru.
    • 13 Agustus Britania setuju bahwa semua harta dan kekuasaannya di Hindia Belanda dikembalikan kepada Belanda.
    • Perang Britania dengan orang-orang Bali di Buleleng dan Karangasem karena perdagangan budak.
    • Bone menyerang kekuasaan Britania.
    • Orang-orang Britania ditempatkan di Banjarmasin dan Pontianak.
    • Hamengkubuwono IV berkuasa di Yogyakarta. Diponegoro (kakak laki-lakinya yang menolak naik takhta) ditunjuk sebagai wali dari Sultan yang baru berusia 13 tahun.
    • Ekspedisi Britania melaporkan penemuan Borobudur dan Prambanan ke Eropa untuk pertama kalinya.
  • 1815
    • Sebagian besar dari para bangsawan Minangkabau dibunuh oleh para pendukung Padri; kaum Padri mulai memperluas penyebaran Islam ke daerah-daerah Batak.
    • April-Juli, Gunung Tambora di Sumbawa meletus: 12.000 orang meninggal karena letusan itu sendiri, belakangan 50.000 meninggal karena kelaparan yang disebabkan letusan itu. Gunung Tambora menyemburkan debu vulkanik sejauh beribu-ribu kilometer sehingga iklim dunia berubah drastis.
    • Mei, Raffles mengunjungi Borobudur.
    • Raffles memerintah langsung atas Cirebon, menyingkirkan kekuasaan dari para Sultannya.
    • Pemerintah Belanda membentuk aturan-aturan tentang pemerintahan Hindia Belanda. (Aturan-aturan ini kelak menjadi semacam konstitusi untuk Hindia Belanda, dalam suatu bentuknya atau yang lainnya, hingga 1942.)
    • Pada Kongres Wina, diputuskan bahwa Britania harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan Hindia-Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon.
  • 1816
    • Bone kembali menyerang Britania.
    • 19 Agustus, Belanda kembali berkuasa di Batavia. Cornelis Elout melanjutkan kebijakan-kebijakan pembaruan Raffles. Penyerahan kekuasan dari Inggris (letnan Gubernur John Fendall) kepada Belanda (Komisaris Jenderal yang terdiri dari Tiga orang, yakni Elout, Buijskes, Van der Capellen). Jawa dan pos-pos lainnya di Indonesia dikembalikan kepada pihak Belanda sebagai bagian dari penyusunan kembali secara menyeluruh urusan-urusan Eropa setelah perang-perang Napoleon. Thomas Stamford Raffles meninggalkan Jawa kembali ke Inggris.
    • Belanda gagal dalam usahanya membujuk raja-raja Bali menerima kekuasaan Belanda.
Wilayah Hindia Belanda
  • 1817
    • Wilayah Madura disatukan menjadi satu kabupaten/keresidenan.
    • Pattimura memimpin pemberontakan melawan Belanda yang kini kembali di Ambon; digantung pada Desember.
    • 8 Mei, Kebun Raya didirikan di Bogor.
    • Gunung Ijen meletus di Jawa Timur.
  • 1818
    • Maret, Sir Thomas Stanford Raffles dikirim untuk memimpin benteng Britania di Bengkulu. Dari sana ia berusaha mendirikan kekuasaan Britania di Hindia.
    • Raffles mengirim sebuah pasukan kecil ke Lampung untuk membangun kekuasaan Britania di sana; para pegawai Perusahaan Hindia Timur Britania di Kolkata memanggilnya kembali.
    • Raffles mengirim pasukan-pasukan ke Palembang untuk mencampuri perundingan-perundingan antara Sultan dan Belanda. Mereka ditangkap dan dikirim ke Batavia. Para pejabat Britania sekali lagi memerintahkan Raffles untuk mengundurkan diri.
    • Di bawah Cornelis Elout, Belanda mengakhiri perdagangan budak di Jawa.
    • Belanda kembali ke Melaka.
    • Belanda kembali ke Pontianak.
  • 1819
    • 19 Januari, Raffles mendirikan Singapura, setelah membeli pulau itu dari Sultan Johore.
    • Belanda kembali ke Padang. Raffles berusaha membangkitkan aksi-aksi anti-Belanda di pedesaan Minangkabau.
    • Perang Menteng meletus di Palembang.
    • Pangeran Ratu menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin III menggantikan ayahnya Sultan Mahmud Badaruddin II.
  • 1820
    • Pakubuwono V menjadi Susuhunan Solo.
    • Belanda mengirim ekspedisi ke Kepulauan Aru.
    • Komisi payung dibentuk untuk mengawasi gereja-gereja Protestan di Hindia Belanda.

 1821-1840 (Perang Padri, Perang Diponegoro, Tanam paksa)

  • 1821
    • Para bangsawan Minangkabau yang tersisa menandatangani perjanjian yang menyerahkan Minangkabau kepada Belanda sebagai pembayaran untuk perlindungan terhadap kaum Paderi.
    • "Perang Padri" meletus, hingga 1837.
    • Kolera muncul pertama kali di Jawa; panen padi gagal.
    • Britania menguasai Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate.
    • Prabu Anom menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin IV.
  • 1822
    • Hamengkubuwono IV meninggal, sementara menyebar desas-desus bahwa ia telah diracuni. Hamengkubuwono V adalah Sultan yang baru. Diponegoro kecewa karena penanganan situasinya oleh para pejabat Belanda.
    • Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta.
  • 1823
    • Pasukan-pasukan Belanda dikalahkan oleh kaum Padri di Lintau.
    • Gubernur Jenderal van der Capellen menghapuskan penyewaan tanah di Jawa Tengah. Dia memerintahkan sewa-menyewa tanah dihapuskan dan mengembalikan uang muka yang telah dibayarkan penyewa Tionghoa dan Eropa kepada pemilik tanah untuk dikembalikan. Hal ini menjadikan bengsawan kehilangan sumber pendapatannya sementara uang muka yang telah diterima sudah habis digunakan.
    • Pakubuwono VI naik takhta di Solo.
    • Kramo Jayo menjadi Sultan Palembang.
    • Raffles, dalam kondisi kesehatan yang buruk, kembali ke Inggris.
  • 1824
    • 17 Maret, Britania dan Belanda menandatangani Perjanjian London dan membagi Hindia Belanda di antara mereka sendiri. Belanda mengklaim Sumatra, Jawa, Maluku, Irian Jaya, dan lain-lain. Britania mengklaim Malaya dan Singapura, dan mempertahankan kepentingannya di Borneo Utara. Aceh diharapkan akan tetap independen.
    • Bone merebut wilayah-wilayah Belanda di Sulawesi selatan.
    • Hindia Belanda menghadapi krisis keuangan - Gubernur Jenderal van der Capellen menawarkan koloni ini kepada sebuah perusahaan swasta Britania, Palmer and Co., sebagai ganti pinjaman untuk menebus pemerintahan kolonial. (Pemerintah Belanda yang merasa dipermalukan oleh kejadian-kejadian ini, memberikan pinjaman besar kepada Hindia Belanda pada 1826 dan 1828.)
    • Belanda membentuk pemerintahan langsung di Riau.
  • 1825
    • 29 Maret, Nederlandsche Handel Maatschappij (Perusahaan Dagang Belanda) dibentuk. Komoditi-komoditi ekspor seperti kopi, gula, nila yang dihasilkan masyarakat dikapalkan ke Eropa oleh perusahaan ini.
    • Belanda mengalahkan Bone sebelum Perang Diponegoro; pertempuran sporadik berlanjut selama bertahun-tahun.
    • para pejuang Padri merebut daerah Tapanuli selatan. Raja Sisingamangaraja X dari Batak terbunuh dalam peperangan melawan kaum Padri.
    • Belanda menuntut para calon haji yang ingin naik haji untuk memperoleh paspor dan membajar pajak seharga 110 gulden.
    • Mei, Diponegoro dan para penguasa istana bentrok karena pertikaian menyangkut jalan yang baru yang akan dibangun di dekat Tegalreja yang melewati makam dan tanah leluhur.
    • Juli, Belanda mengirim pasukan-pasukannya untuk menangkap Diponegoro, yang mengumumkan pemberontakan. Tegalreja direbut dan dibakar, Diponegoro berhasil melarikan diri. Inilah awal dari "Perang Diponegoro", yang berlangsung hingga 1830. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.
    • Adam al-Wasi' Billah menjadi Sultan Banjar.
    • Garis suksesi di Palembang berakhir. Belanda membentuk pemerintahan langsung.
    • Belanda mengeluarkan perintah untuk menangkap Raden Intan di Lampung. Raden Intan meninggal dan digantikan oleh Raden Imba Kusuma.
  • 1826
    • Perang gerilya merebak di seluruh Jawa Tengah dan Timur.
    • Belanda mulai mengorganisasi pasukan-pasukan khusus untuk berperang di Hindia Belanda.
    • Van der Capellen digantikan oleh Du Bus sebagai Gubernur Jenderal.
    • Agustus Belanda membebaskan Hamengkubuwono II dari pembuangan di Ambon, dan mengangkatnya kembali sebagai Sultan Yogyakarta.
    • Oktober, Diponegoro dikalahkan di Gowok, dekat Surakarta. Pasukan-pasukannya dipukul balik.
  • 1827
    • Belanda menata ulang pasukan-pasukannya dalam Perang Diponegoro, mengganti dengan taktik-taktik yang lebih fleksibel, mengadakan serangan-serangan terhadap para pasukan gerilya.
  • 1828
    • April, orang-orang Jawa berhasil menghadapi Belanda.
    • Madura menjadi satu keresidenan dengan Surabaya.
    • Wabah cacar di Bali.
    • Fort Du Bus didirikan Belanda di Papua.
    • November Kyai Maja, penasihat rohani Diponegoro, ditangkap Belanda setelah pertempuran berlangsung.
  • 1829
    • September Pangeran Mangkubumi (paman dari Diponegoro) menyerah. Ia diizinkan kembali ke istananya.
    • Oktober, Panglima Sentot Alibasyah menyerah. Belanda mengangkatnya menjadi Letnan kolonel.
Mataram setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830.
    • Maret, Diponegoro setuju mengadakan perundingan Magelang, ditangkap dan dibuang ke Manado, lalu ke Makassar (hingga meninggal tahun 1855).
    • Pakubuwono VI, dicurigai oleh Belanda, dibuang ke Ambon (hingga 1849). Pakubuwono VII menjadi Susuhunan Solo.
    • Johannes van den Bosch tiba sebagai Gubernur Jenderal yang baru, mulai menerapkan cultuur stelsel atau "tanam paksa". Setiap desa harus menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor khususnya kopi, tebu, nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan (20%) dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial.
    • Tanam paksa tumbuhan indigo (nila) diperkenalkan di Priangan.
    • Kapal uap pertama tiba di Hindia Belanda.
    • Nederlands Zendelinggenootschap (NZG - Perhimpunan Zending Belanda) mulai menawarkan pendidikan kepada anak-anak pribumi.
    • 4 Desember Van den Bosch secara resmi mengorganisasi pasukan Belanda dari Perang Jawa menjadi Oost-Indische Leger, atau "Tentara Hindia Timur" (belakangan dikenal sebagai KNIL).
  • 1831
    • Pemerintah Hindia Belanda berhasil membuat anggaran berimbang.
    • Pasukan-pasukan Belanda memerangi kaum Padri di Sumatra dan mencapai wilayah Bonjol.
  • 1832
    • Belanda menggulingkan Sultan Jailolo dan menguasai Halmahera.
    • Kapal-kapal AS menembaki desa-desa pantai di Aceh dalam upaya mengatasi perompakan.
  • 1833
    • Januari, desa-desa Minangkabau di sekitar Bonjol bangkit dalam pemberontakan rakyat; pasukan-pasukan Belanda di daerah itu dibantai. Perang Padri memanas; Belanda menyegel daerah pantai. Sentot berperang di pihak Belanda, namun kemungkinan di dalam hatinya ia tidak memihak Belanda. Belanda menempatkan Sentot di bawah pengawasan di Bengkulu (hingga 1855).
    • Sultan Jambi meminta bantuan Belanda untuk melawan Palembang.
  • 1834
    • Belanda memaksa Sultan Muhammad Fahruddin dari Jambi mengakui kekuasaan Belanda.
    • Pemerintah Portugis mengusir para pastor Dominikan dari Timor Timur.
  • 1836
    • Belanda mengabaikan Fort Du Bus di Papua.
  • 1837
    • Bonjol di Minangkabau akhirnya jatuh ke tangan Belanda dalam Perang Padri. Tuanku Imam Bonjol menyerah dan dikirim ke pembuangan.
  • 1838
    • Kemenangan Belanda di Daludalu mengakhiri Perang Padri di Minangkabau. Pemerintahan langsung Belanda atas Minangkabau diterapkan (hukum adat dan para bangsawan tampaknya pro-Belanda, para pemimpin Islam anti-Belanda).
    • Ekspedisi Belanda melawan Flores.
    • Bone memperbarui Perjanjian Bungaya; peperangan melawan Belanda mereda.
    • Belanda meresmikan kehadirannya di Nias.
    • Sulaiman mewarisi takhta Aceh, tetapi Tuanku Ibrahim memerintah sebagai wali, dan berkuasa di Aceh hingga 1870.
    • Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah Karangasem di Bali.
  • 1839
    • Pedagang Denmark, Mads Lange, membuka sebuah pos perdagangan di Kuta, Bali.
  • 1840
    • Cultuur Stelsel sudah menghadapi berbagai masalah. Tanda-tanda penderitaan dikalangan orang pribumi Jawa dan Sunda mulai tampak. Khususnya didaerah penanaman tebu. Pabrik-pabrik gula bersaing dengan pertanian padi untuk jatah air. Tibul paceklik dan harga beras menjadi sangat mahal.

 1841-1860 (Perang Bali, Max Havelaar)

  • 1842
    • Belanda menarik diri dari pantai timur Sumatra di sebelah utara Palembang karena kekuatiran Britania.
    • Bangsawan di Surakarta ditangkap karena dicurigai menghasut pemberontakan.
  • 1843
    • Raja Lombok menerima kekuasaan Belanda.
    • Kelaparan di Cirebon.
  • 1844
    • Raja-raja Buleleng dan Karangasem tidak puas dengan Belanda, dan menolak untuk mengesahkan perjanjian.
  • 1846
    • Juni, pasukan-pasukan Hindia Belanda menyerang Buleleng; raja-raja lain diam-diam mendukung kekuatan-kekuatan anti-Belanda. Istana di Singaraja dihancurkan. Raja Buleleng menandatangani perjanjian penyerahan. Hindia Belanda menempatkan sebuah pos pasukan di Singaraja.
    • Ekspedisi Hindia Belanda melawan Flores.
    • Wabah tipus merebak di Jawa.
    • Hindia Belanda menguasai Samarinda.
    • Tambang batu bara komersial pertama dibuka di Martapura, Kalimantan Selatan.
    • Pemberontakan di Banten.
  • 1847
    • Ekspedisi militer Belanda ke Nias.
  • 1848
    • Juni, Hindia Belanda mengirim pasukan militer ke Bali untuk menghadapi konflik yang timbul karena pemaksaan perjanjian dengan raja-raja setempat. Pasukan ini dikalahkan oleh suatu pasukan Bali di bawah pimpinan Gusti Ketut Jilantik di Jagaraga, dan menarik diri dari pulau itu.
    • Konstitusi baru di Belanda: Dewan Negara (parlemen) Belanda mempunyai kuasa atas urusan-urusan kolonial. Sebagian anggota parlemen menuntut diadakannya perubahan di tanah jajahan dan mendesak diadakannya pembaharuan liberal. Pengurangan peranan pemerintah dalam perekonomian kolonial, pembebasan terhadap pembatasan perusahaan swasta, dan diakhirinya tanam paksa.
    • Undang-undang, sipil dan kriminal yang diperbarui untuk Hindia Belanda diperkenalkan, dan berlaku hanya untuk keturunan Eropa saja.
    • Demonstrasi di Batavia, dipimpin oleh Baron van Hoevell (seorang pendeta Hervormd Belanda), memohon kepada Raja Belanda agar diberlakukan kebebasan pers, sekolah menengah untuk masyarakat, dan perwakilan untuk Hindia Belanda di Dewan Negara.
    • Sekolah-sekolah karesidenan untuk pendidikan dan latihan anak-anak para pemerintah dan bangsawan setempat, mulai dibuka.
  • 1849
    • April, Sebuah kekuatan militer Hindia Belanda dalam jumlah besar dikirim ke Bali. Gusti Ketut Jilantik gugur dalam pertempuran. Hindia Belanda menguasai Buleleng dan pantai utara Bali.
    • Mei Pasukan-pasukan Hindia Belanda memasuki Bali selatan untuk pertama kalinya, bergerak melalui Karangasem dan Klungkung untuk memadamkan perlawanan.
    • Raja Lombok menyerang dan merebut Karangasem.
    • Belanda menguasai penuh Palembang.
  • 1850
    • Belanda memulai pekerjaan misi di kalangan suku Batak di Sumatra utara. Pemerintah Hindia Belanda melarang para misionaris Katolik memasuki daerah suku Batak di Sumatra atau Toraja di Sulawesi. Hanya para misionaris Protestan yang diizinkan masuk ke sana.
    • Bala kelaparan di Jawa Tengah.
    • Belanda membeli sisa-sisa benteng Portugis di Flores.
  • 1851
    • Sekolah "Dokter-Jawa" didirikan di Gambir (Weltevreden), Batavia.
    • Billiton Maatschappij memulai pertambangan timah di Belitung. Banyak buruh Tionghoa yang didatangkan ke sana.
  • 1853
    • Belanda mulai mengatur administrasi Bali utara.
    • Mangkunegara IV mengambil gelarnya di Surakarta.
  • 1854
    • Pemerintah Belanda mengeluarkan suatu pembaruan konstitusional untuk daerah Hindia Belanda ("Regeeringsreglement"). Para penguasa setempat di Hindia Belanda akan tetap memiliki kekuasaan tradisional atas warga mereka, dan berkuasa atas nama Belanda. Pemisahan yang ketat antara warga Eropa dan kaum Inlander diakui di dalam undang-undang.
    • Gubernur Jenderal Hindia Belanda memperoleh kuasa untuk mengasingkan siapapun juga; terhukum tidak memiliki hak untuk naik banding atau meninjau ulang keputusannya.
    • Aceh menegakkan kekuasaannnya atas Langkat, Deli dan Serdang di pantai timur Sumatra ("pelabuhan lada").
    • Tanaman cinchona (kina) diperkenalkan di Priangan, di Cibodas, Jawa Barat.
  • 1855
    • Hamengkubuwono VI menjadi Sultan Yogyakarta.
    • Militer Belanda melakukan ekspedisi ke Nias.
    • Belanda memperluas kekuasaannya atas Kalimantan Barat.
    • Pangeran Diponegoro meninggal di Benteng Rotterdam, Makassar.
  • 1856
    • Aturan Penerbitan memberikan kekuasaan kepada Gubernur Jenderal untuk melakukan sensor pra-penerbitan terhadap pers tanpa kesempatan naik banding atau peninjauan kembali.
    • Maret, Eduard Douwes Dekker dipecat dari posisinya di pemerintahan di Jawa Barat setelah menuduh para bupati setempat melakukan korupsi. (Belakangan, dengan nama pena "Multatuli", ia menulis novel "Max Havelaar", yang mengungkapkan kondisi-kondisi dan penindasan di Jawa oleh pemerintah kolonial kepada para pembaca di Belanda.)
    • Ekspedisi militer Belanda ke Flores.
  • 1858
    • Ekspedisi Belanda melawan Sulawesi selatan.
    • Ratu Taha Saifuddin dari Jambi menolak perjanjian dengan Belanda, melarikan diri ke hutan-hutan dengan membawa pusaka (lambang kekuasaan keluarganya), dan berjuang hingga 1904.
    • Belanda mengambil Siak di Sumatra utara melalui perjanjian dan memindahkan pasukan-pasukannya untuk mencegah para petualang Britania mendapatkan tempat berpijak di sana. Perbatasan Siak ditetapkan hingga mencakup Langkat dan Deli, yang berbatasan dengan wilayah Aceh.
    • Pemerintahan Hindia Belanda mengalami defisit karena biaya-biaya militer.
    • Pakubuwono VIII menjadi Susuhunan Solo.
  • 1859
    • Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari; Belanda menarik dukungannya terhadap Tamjidillah, mengirimnya ke Buitenzorg (kini Bogor).
    • Portugis menandantangani perjanjian dengan Belanda: Portugis melepaskan pos-posnya yang jauh dan klaim-klaimnya atas Flores dan Solor kepada Belanda, dan mempertahankan haknya atas Timor Portugis. Pembagian antara Timor Barat dan Timur diputuskan.
    • Pemerintah Belanda melarang perbudakan di Hindia Belanda.
    • Ekspedisi militer Belanda ke Bone untuk menggulingkan Ratu Basse Kajuara.
    • Kabel telegraf dipasang antara Batavia hingga Singapura.

0 komentar:

Posting Komentar